Selasa, Mac 25, 2008

DALAM PAHIT ADA MANISNYA

Assalamualaikum,

Pesan isteri saya pagi Ahad yang lalu, "sabarlah! Baru diuji sedikit. Kita nih terlalu banyak sangat nikmat hingga apabila datang sedikit ujian, jadi cepat keluh-kesah!"

Saya terdiam, tak terjawab.

Isteri senyum menghantar makna-makna tenang, sang anak tertawa diagah, sedang saya diam mengumpul muhasabah.


Minggu lepas memang cuti panjang - bermula dengan Maulidur rasul (untuk kami yang bekerja di Kedutaan Malaysia, seperti saya!), kemudian Good Friday (dikaitkan dengan peristiwa Allah mengangkat Nabi Isa as ke langit), kemudian hujung minggu Sabtu dan Ahad, dan Isninnya Easter Monday (keterangan gambar: telur seringkali dijadikan simbol, sesuai dengan kefahaman Kristian tentang turunnya Nabi Isa as)

"Wah panjang betul!" Sorak kami.

Saya bawa isteri dan anak bermalam di Sydney, di Novotel Darling Harbour, sebetulnya.

"Abah baiklah Ilham, " bicara isteri dengan anak kecil saya yang sebetulnya masih belum pandai bercakap - seketika setelah check-in di bilik 923, di puncak hotel di tubir teluk Sydney yang cantik sungguh.

"Sekadar ini sebagai hadiah ulangtahun kita yang kedua," balas saya, malu-malu, merenung laut yang terhias dengan kapal-kapal layar yang pelbagai. Orang di pesisir laut, kelihatan sepertinya anak-anak semut yang mengunjungi ketul-ketul gula putih.

Esoknya, saya bawakan isteri dan anak cruise - menakluk indahnya Sydney dari atas kapal. Memang seronok, hilang segala penat lelah bekerja.

Ah, dalam manis kadang-kadang ujian Tuhan itu datang, bukan?

Dalam perjalanan balik, sebelah petangnya injak-injak ke senja, kereta saya pun meragam. Langsung tak boleh dibawa bincang lagi, sudahnya tersadai di tepi jalan. Jalan terakhir, telefon NRMA (seperti juga PLUS kalau di Malaysia) untuk menunda kereta saya ke bengkel terdekat.

Kereta ditinggalkan di bengkel. Saya? Separuh jalan dibawakan teman-teman di Sydney, dan separuh jalan yang Canberra diambil oleh teman dari Canberra.


"Manisnya persahabatan teruji kala-kala kesusahan," saya menyimpul kata-kata itu di dalam hati, menebarkan tekad untuk terus memurnikan rasa persahabatan - melewati ras dan agama, InsyaAllah.

Ah, betul sungguh - dalam pahit ada manisnya, manis rasa persahabatan, seperti jua di balik kelabu awan kelak akan terlihat sinar mega nan cantik berseri.

"Terima kasih, sahabat!" Hati saya tetap bertasbih begitu, meski pahit-pahit ujian masih meruap meninggalkan sisa kenangannya.

Tiada ulasan: